Selasa, 05 Februari 2013

TIM SUKSES BAGIAN DARI MAFIA

(Ponorogo 6/02). Persoalan “mafia” ijazah paket C sebenarnya bukan barang baru di jagad PNFi/PAUDNI. Sejak dulu, konon hal tersebut telah terjadi dengan modus dan sistem yang berbeda – beda. Saya pribadi juga baru merasakan aroma seperti itu setelah bergulat di jagad PNFi/PAUDNi belakangan ini. Taruklah ada sistem baru yaitu Pelaksanaan UNPK Paket C bersamaan hari dengan UN SMA serta 20 paket soal yang berbeda untuk setiap peserta dalam satu ruangan, yang bakal diterapkan. Maka permasalahan lain yang timbul sebenarnya bagi penyelenggara (Kejar) adalah Bagaimana “Tim Sukses” dapat bekerja efektif dan efisien dalam membantu peserta didik agar dapat lulus ?

Disinilah sebenarnya “UJIAN” bagi Sistem baru tersebut apakah dapat efektif atau tidak dalam mengurangi sepak terjang para “Mafia”. Sudah menjadi rahasia umum pada sebagian Kejar Kejar Paket bahwa untuk dapat membantu meluluskan peserta didiknya harus menerapkan “Tim Sukses” sebagai bagian garda terdepan dalam hajatan tersebut. Suka tidak suka, mau tidak mau, agar Kejar-nya dianggap berkualitas dan dapat mengharumkan nama Kejar-nya, maka salah satu kebijakan yang diambil harus menyertakan “Tim Sukses” yang berfungsi sebagai joki siluman.

Aroma praktek perjokian selama ini menjadi suatu hal yang lumrah dan telah mendarah daging yang terjadi di sebagian Kejar Paket. Bagaimana tidak, peserta didik Paket C yang umumnya dari kalangan marjinal (baik ekonomi maupun tingkat intelengensi), lalu dalam proses pembelajarannya pun kadang hadir, kadang tidak dikarenakan alasan harus bekerja, dan belum lagi motivasi mereka hanya sekedar dapat Ijazah. Kalaupun pihak penyelenggara Paket ingin menerapkan disiplin yang ketat, misalnya harus masuk terus sesuai dengan jadwal yang ada, maka dikhawatirkan mereka menjadi enggan untuk sekolah. Akhirnya peserta didik jadi berkurang, bahkan menjadi bunyar.

Dengan berbagai kondisi diatas, maka pertanyaan adalah dapatkah mereka fokus belajar, atau sudah pahamkah dalam menerima materi pembelajaran, sehingga ketika UNPK Paket C tiba mereka dapat lulus ? Secara logika kita telah tahu jawabannya, yaitu sesuatu Hal Yang Mustahal dapat lulus, jika tidak karena keberuntungan nasib yang menyertainya. Dari kondisi yang demikian ini, maka pihak penyelenggaran (Kejar) berusaha keras agar peserta didik dapat lulus semua, sehingga mereka nantinya dapat merubah nasib serta melanjutkan kehidupan menjadi lebih baik. Maksud dan tujuan baik, tetapi cara yang ditempuh tidak baik. 
Diharapakan dengan adanya sistem baru ini, semoga praktek – praktek curang penyelenggara Paket C seperti diatas dapat diminimalisir dan “Mafia” dapat musnah dari bumi Kesetaraan, sehingga ke depan Semboyan Paket C yang SETARA dengan Formal, benar – benar dapat diwujudkan KESETARAANNYA. Namun demikian prediksi saya, kemungkinan akan banyaknya peserta didik Paket C yang menjadi korban alias tidak lulus. Ya inilah kenyataan yang harus dilalui, agar program Kesetaraan ke depan semakin hari semakin bertambah kualitasnya.

3 komentar:

  1. Mafia tsb ada dua kelompok, 'mafia' yang memang bermaksud menolong tanpa imbalan: yang penting mereka lulus Paket C dan punya ijasah setara SMA. Kedua 'mafia' yang memanfaatkan kesempatan dengan mengutip uang agar kalangan tertentu dapat jalan pintas untuk memperoleh ijasah.

    BalasHapus
  2. Hehehehe....kirain hanya terdapat di daerahku saja Kang Mas ! Yang kutahu di daerahku : memang ada kutipan uang dari peserta didik namun tak seberapa, tdk mencapai juta. Sangat murah dibandingkan nilai sebuah Ijazah.
    Ulasan yang pas Mas !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya itulah, adanya kutipan menimbulkan mafia...hh

      Hapus