(Ponorogo 6/02). Persoalan “mafia”
ijazah paket C sebenarnya bukan barang baru di jagad PNFi/PAUDNI. Sejak dulu,
konon hal tersebut telah terjadi dengan modus dan sistem yang berbeda – beda. Saya
pribadi juga baru merasakan aroma seperti itu setelah bergulat di jagad
PNFi/PAUDNi belakangan ini. Taruklah ada sistem baru yaitu Pelaksanaan UNPK
Paket C bersamaan hari dengan UN SMA serta 20 paket soal yang berbeda untuk
setiap peserta dalam satu ruangan, yang bakal diterapkan. Maka permasalahan lain
yang timbul sebenarnya bagi penyelenggara (Kejar) adalah Bagaimana “Tim Sukses” dapat
bekerja efektif dan efisien dalam membantu peserta didik agar dapat lulus ?
Disinilah sebenarnya “UJIAN”
bagi Sistem baru tersebut apakah dapat efektif atau tidak dalam mengurangi
sepak terjang para “Mafia”. Sudah menjadi rahasia umum pada sebagian Kejar Kejar
Paket bahwa untuk dapat membantu meluluskan peserta didiknya harus menerapkan “Tim
Sukses” sebagai bagian garda terdepan dalam hajatan tersebut. Suka tidak suka,
mau tidak mau, agar Kejar-nya dianggap berkualitas dan dapat mengharumkan nama
Kejar-nya, maka salah satu kebijakan yang diambil harus menyertakan “Tim Sukses”
yang berfungsi sebagai joki siluman.
Aroma praktek
perjokian selama ini menjadi suatu hal yang lumrah dan telah mendarah daging yang
terjadi di sebagian Kejar Paket. Bagaimana tidak, peserta didik Paket C yang umumnya
dari kalangan marjinal (baik ekonomi maupun tingkat intelengensi), lalu dalam
proses pembelajarannya pun kadang hadir, kadang tidak dikarenakan alasan harus
bekerja, dan belum lagi motivasi mereka hanya sekedar dapat Ijazah. Kalaupun
pihak penyelenggara Paket ingin menerapkan disiplin yang ketat, misalnya harus
masuk terus sesuai dengan jadwal yang ada, maka dikhawatirkan mereka menjadi
enggan untuk sekolah. Akhirnya peserta didik jadi berkurang, bahkan menjadi
bunyar.
Diharapakan dengan adanya sistem baru ini, semoga praktek – praktek curang penyelenggara Paket C seperti diatas dapat diminimalisir dan “Mafia” dapat musnah dari bumi Kesetaraan, sehingga ke depan Semboyan Paket C yang SETARA dengan Formal, benar – benar dapat diwujudkan KESETARAANNYA. Namun demikian prediksi saya, kemungkinan akan banyaknya peserta didik Paket C yang menjadi korban alias tidak lulus. Ya inilah kenyataan yang harus dilalui, agar program Kesetaraan ke depan semakin hari semakin bertambah kualitasnya.
Mafia tsb ada dua kelompok, 'mafia' yang memang bermaksud menolong tanpa imbalan: yang penting mereka lulus Paket C dan punya ijasah setara SMA. Kedua 'mafia' yang memanfaatkan kesempatan dengan mengutip uang agar kalangan tertentu dapat jalan pintas untuk memperoleh ijasah.
BalasHapusHehehehe....kirain hanya terdapat di daerahku saja Kang Mas ! Yang kutahu di daerahku : memang ada kutipan uang dari peserta didik namun tak seberapa, tdk mencapai juta. Sangat murah dibandingkan nilai sebuah Ijazah.
BalasHapusUlasan yang pas Mas !
Ya itulah, adanya kutipan menimbulkan mafia...hh
Hapus